Sunday, September 25, 2016

[Sharing] Mencari Ketenangan Di Gili Trawangan

Saatnya berbagi cerita dan reiew. Perhatian, tulisan ini dibuat atas dasar perasaan yang dirasa penulis, Setiap orang mempunyai kesan yang berbeda-beda pada suatu tempat, so, jangan dipukul rata, ya Gaes... ;)

Siap? Cekidot!

Mencari Ketenangan Di Gili Trawangan


Sebenernya entah sejak kapan gue berpikir Lombok itu tempat yang lebih keren dari Bali. Jadi meskipun gue belum pernah sama sekali pergi ke Bali, gue tetap mengidamkan Lombok untuk jadi destinasi jalan-jalan gue selanjutnya kalau gue ada rezeki buat ke sana.

Dan akhirnya, alhamdulillah rezeki ada dan kesempatan buat ke Lombok pun terbuka lebar bulan Mei tahun ini. Memangnya ke Lombok pengen kemananya sih? Nggak tahu, gue nggak ada tempat khusus yang kepengen banget gue datengin di Lombok. Gue cuma mikir, “Lombok oke, keren juga buat jalan-jalan, sesekali ke sana ah...” Udah, sebenernya itu doang yang gue pikirin. Sama halnya saat gue ke Jepang. Tapi karena itulah kadang ada ketidakpuasan atas pencapaian target, dan itu sedikit-banyak berpengaruh pada nilai rasa jalan-jalan.

Sebenernya dibanding tempat tujuan, gue lebih mengindamkan nuansa dan suasananya. Misalnya ke Jepang, yang paling bikin gue pengen dateng ke sana adalah gue mau nyobain musim dinginnya, kalau belom bisa yang salju gugur pun boleh. Maka jadilah kemaren gue pergi pas gugur. Kalau ada kesempatan lagi, gue mau pergi ke sana saat salju turun. Oke, kalau ini targetnya berhubungan dengan musim yang ingin didatangi mungkin.

Tapi kalau ke Lombok kemarin, karena yang terkenal dari Lombok adalah pantainya, yang gue pengenin itu cuma diem, jalan-jalan sekitar pantai, menikmati setiap jengkal keindahan pantai. Bukan untuk berenang, bukan untuk berjemur tapi gue pengen menikmati suasana pantai. Maka waktu itu ketika kami pertama kalinya menginjakkan kaki di Lombok, sehabis makan siang kami dibawa pergi menuju salah satu tempat yang katanya pantainya indah, yaitu Gili Terawangan.



Nyampe sana, suasana yang gue harapkan buyar begitu aja. Pantai rame, masuk ke arah dalam pulau makin rame sama wisatawan bule dan bar-bar. Gue sungguh nggak familiar dengan suasana yang seperti itu. Kami lebih berasa jadi orang asing di sana. Selesai makan malam bareng, gue lebih milih diem di kamar karena gue lebih suka ketenangan, plus masih shiplag wakaka. Belum lagi kehujanan, karena sebelumnya kita pergi buat nyari spot poto-poto di ujung pulau.


Paginya, karena kepala agak berat gue pun nggak jadi ikutan buat snorkling. Jujur, gue nggak menyiapkan baju buat nyelem dan meskipun sebenernya gue ingin tapi gue nggak menyiapkan diri gue buat snorkling di jalan-jalan kali itu. So, gue, Nana dan Dini menyatakan pass buat snorkling saat itu. Karena nggak mau menyia-nyiakan waktu di Gili, akhirnya kami bertiga pergi ke ujung pulau yang berlawanan dengan tempat yang kemarin kita datengi.

Sampailah ke tepian pantai dari ujung Gili.




Kaki gue sempet lecet karena pergi ke sana dengan sendal jepit, tapi nggak nyesel, sumpah. Tempat dan suasana yang gue inginkan akhirnya terpampang di depan mata gue.




Tempat yang seperti ini yang gue idam-idamkan di pantai. Bukan bar-bar yang berjejer di tepian pantai, bukan pantai yang ramai yang banyak orang ingin menikmatinya. Iya gue egois kalau pengen pantai indah yang sepi, tapi itulah pantai yang gue idam-idamkan. Dengan begitu gue mendapatkan perasaan nyaman dan ketenangan yang gue inginkan.

Kalau gue disuruh milih, gue lebih memilih gunung daripada pantai. Tapi pantai yang gue gambarkan di atas nggak jelek juga jadi tempat tujuan jalan-jalan.



Meskipun waktu yang kami habiskan sebentar, gue cukup suka dengan spot yang kami temui dan waktu yang kami habiskan di sana. Setelah dihubungi oleh beberapa teman yang lain kamipun segera kembali ke penginapan dan bersiap untuk kembali ke Mataram, Lombok.  



1 comment: